Anak-anak Surga

Jumat, 29 Agustus 2008

Globalisasi Pemanasan Global

GLOBALISASI PEMANASAN GLOBAL
“Mulai dari diri sendiri, Mulai dari yang kecil dan Mulai dari sekarang”

Perubahan iklim atau pemanasan global ( global warming ), memang jadi materi yang tak ada habisnya untuk dibahas. Berbagai media, baik itu cetak maupun elektronik menyinggung tentang hal tersebut. Para ahli juga mengadakan berbagai seminar terkait hal tersebut. Bahkan baru- baru saja menjadi topik utama dalam pertemuan antara para pemimpin dunia di bali (The Bali Road Map). Tetapi apakah kita benar – benar mengetahui apa itu sebenarnya pemanasan global, karena tentu tidak akan berguna setiap “kampanye” yang dilakukan, jika tidak dibarengi dengan kesadaran dan pemahaman tentang pemanasan global itu sendiri.

Sebenarnya apa itu pemanasan global ?
` Tuhan telah menciptakan atmosfir dengan kandungan gas-gas tertentu. Atmosfir
inilah yang berperan besar menciptakan iklim di permukaan bumi. Lapisan atmosfir (terutama lapisan ozon) ini berfungsi menyaring sinar-sinar yang berbahaya dari luar angkasa dan juga sebagai penghantar panas yang menyalurkan panas yang diterima bumi dari cahaya. Bila komponen-komponen pembentuk atmosfir ini diubah maka akan mengubah sifat-sifat penghantar panasnya. Beberapa jenis gas bersifat mengikat panas. Bila jumlah komponen gas-gas yang mengikat panas tersebut meningkat, maka akan terjadi peningkatan panas di muka bumi.
Sederhananya, bayangkan kita hidup di Bumi ini sama seperti hidup di dalam rumah kaca, kalau ‘rumah kaca’ yang membuat kita tinggal menjadi bertambah tebal dan tebal, sehingga panas yang seharusnya dibuang keluar terjebak di dalam ‘rumah kaca’?, Pastinya menjadi bertambah panas.

Bagaimana terjadinya ?
Komponen penyusun “rumah kaca” kita adalah: uap air, CO2, metana, ozon dan unsur-unsur lain. Peningkatan temperatur rata-rata bumi, yang umumnya disebabkan oleh efek rumah kaca mengakibatkan panas yang diterima bumi dari matahari tidak dapat dipancarkan kembali karena terperangkap oleh senyawa gas tertentu yang terdapat di udara, antara lain Uap Air, Carbon Dioksida, Metana, Nitrogen Oksida, Ozon, Kloroflorokarbon (CFC) dan sejumlah gas-gas lainnya. Gas-gas ini biasa disebut gas rumah kaca.
Seiring dengan kemajuan jaman, komponen ini bertambah, CO2 dari pembakaran bahan bakar fosil, metana dari pertanian dan kegiatan industri lain-lain.
Manusia berperanan besar dalam mempengaruhi tingkat pencemaran udara tersebut. Asap kendaraan, asap pabrik dan asap pembakaran pusat-pusat pembangkit listrik di kota-kota besar merupakan salah satu sumber pencemaran yang dilakukan manusia. Penebangan hutan yang tidak terkendali mengakibatkan berkurangnya sarana penyaringan udara, dan keadaan tersebut pun mengakibatkan terganggunya siklus air.
Bahkan saat kita menonton tv, menggunakan AC, menyalakan lampu, menggunakan hair dryer, memasak makanan dengan microwave dan penggunaan listrik lainnya yang secara berlebihan, maka kita juga ikut andil dalam menambah tingkat efek rumah kaca.Karena ternyata, kegiatan ini semua memerlukan penggunaan tenaga listrik yang umumnya dihasilkan oleh bahan bakar minyak bumi atau batu bara. Penggunaan listrik yang berlebihan memerlukan lebih banyak bahan bakar dan batu bara yang
berarti lebih menambah pencemaran.Sampah yang kita buang pun dapat
menambah pencemaran, karena sampah tersebut dapat menghasilkan gas
metana yang merupakan salah satu gas yang dapat mengakibatkan efek rumah
kaca.

Akibat yang ditimbulkan
Kadang kala perubahan yang kecil dapat memberi dampak yang besar. Sebagai
contoh bila seseorang tidak menggosok giginya dalam satu hari tidak akan terjadi
perubahan yang banyak pada giginya namun kalau ia tidak menggosok giginya
selama sebulan tentunya ia dapat menderita sakit gigi, kalaupun tidak langsung mengakibatkan sakit tentu tetap akan mengalami perubahan fisik..
Hal yang sama dapat terjadi dengan perubahan temperatur global. Jika temperatur meningkat diatas normal dalam beberapa hari tidak akan menimbulkan masalah yang berarti. Namun jika peningkatan temperatur itu terjadi pada waktu yang panjang maka
bumi akan mengalami masalah yang serius. Akibat lain adalah penyimpangan variabilitas iklim, ketika musim hujan air hujan akan lebih banyak atau bisa kurang, sebaliknya musim kemarau harusnya kurang hujan,justru hujan masih banyak. Juga awal,berakhirnya,sertaperiode musim hujan/kemarau sering menyimpang dari kebiasaannya
Perubahan temperatur sekecil apapun dalam waktu yang lama dapat merubah iklim. Secara global panas akan naik dan hujan lebih banyak turun karena terjadi lebih banyak penguapan. Namun disetiap daerah akan mengalami pengaruh yang berbeda akibat perubahan iklim tersebut yang tentunya akan memberikan akibat yang berbeda pula. Diantaranya yang terparah adalah :
 Peningkatan suhu muka bumi
 Naiknya permukaan laut lebih cepat
 Gelombang udara panas dan kekeringan yang mengakibatkan berkurangnya sumber-sumber air
 Bencana-bencana alam yang dasyat seperti banjir dan erosi
 Meningkatnya potensi terjangkitnya penyakit yang diakibatkan oleh panas dan menyebarnya penyakit menular yang disebabkan oleh serangga dan tikus di daerah-daerah yang sebelumnya tidak terdapat penyakit tersebut
 Punahnya berbagai hewan dan tumbuhan yang tidak mampu bertahan akibat perubahan iklim
 Perubahan siklus cuaca yang mempengaruhi sektor ekonomi dengan
berubahnya jadwal bercocok tanam terutama di negara-negara berkembang karena belum tersedianya sarana pengairan yang baik.
Menipisnya lapisan Ozon sebenarnya tidak mempengaruhi pemanasan global
secara langsung. Namun akibat menipisnya lapisan ozon akan mengakibatkan
semakin banyak sinar ultra violet yang masuk dan sampai ke permukaan bumi.
Sinar ultra violet yang berlebihan akan mematikan phitoplankton di laut yang
berfungsi mendaur ulang gas karbondioksida seperti layaknya hutan-hutan di
daratan.



Apa yang harus dilakukan ?
Permasalahannya sekarang apakah kita cukup tahu dengan apa yang sedang terjadi sekarang ini?.Jangan sampai semua “kampanye “ yang telah dilakukan hanya sekedar lewat saja. Lebih parah lagi kalau global warming akibat manusia ini dibisniskan. Misalnya dengan salah satunya jual beli carbon emisi, seolah jual beli sesuatu yang tidak ada gunanya. Juga adanya pinjaman utang Bank Dunia atau IMF untuk mengatasi penggundulan hutan dll, yang seharusnya tidak diperlukan. Semua ini bisa saja nantinya dianggap sebagai jebakan dari negara adidaya dan super power, serta negara maju yang selama ini memakai carbon seenaknya. Dan menjerat hutang ke negara miskin.Atau jangan – jangan kita tahu tetapi tak mau tahu. Ini yang lebih berbahaya. Jaminan kehidupan anak cucu kita nanti ada ditangan kita. Walaupun Pemanasan global bukanlah sesuatu yang dapat dimusnahkan secara total setidaknya dengan meminimalkan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan pemanasan global kita sudah cukup membantu masa depan anak cucu kita.
Kita semua dapat berperan dalam mencegah atau menanggulangi dampak pemanasan global. Sebenarnya penanggulangannya sederhana saja, yaitu dengan mengurangi atau menghentikan pemakaian barangbarang yang menimbulkan gas rumah kaca dan gunakanlah enegi sehemat mungkin. Berikut ini adalah beberapa contoh yang dapat anda lakukan untuk menguragi dampak pemanasan global:
 Periksalah kendaraan anda secara rutin agar dapat bekerja dengan
efesien dan tidak menghasilkan terlalu banyak gas-gas yang
berbahaya.
 Jika memungkinkan gunakanlah sepeda atau gunakanlah kendaraan
bermotor seperlunya saja.
 Matikanlah lampu atau peralatan listrik lainnya jika tidak digunakan.
Peralatan ini mungkin tidak menimbulkan gas rumah kaca, tetapi
pembangkit tenaga listriknya barangkali menggunakan bahan bakar
yang menghasilkan gas rumah kaca.
 Lakukan daur ulang. Sampah yang tidak didaur ulang akan
menumpuk dan menghasilkan gas metana; ditambah lagi barang – barang
yang di daur ulang membutuhkan energi yang lebih sedikit
dalam memproduksinya dari pada barang-barang yang dibuat dari
awal.
 Tanamlah pohon atau tanaman lainnya sebisanya, karena pohon dapat
menghirup karbondioksida dan menghasilkan oksigen
 Janganlah membakar sampah, karena akan menghasilkan CO2.
 Penyuluhan / sosialisasi tentang akibat pemanasan global
 Pendisiplinan kesadarn masyarakat tentang penghijauan
 Dan masih banyak cara lain yang dapat dilakukan untuk menimalisir pemanasan global tersebut.
Kesimpulan
Sayangnya walaupun diadakan berbagai seminar, kampanye, pertemuan – pertemuan yang dilakukan beribu orang penting di dunia, bahkan seandainya kita telah menghabiskan 2 jam lebih untuk menonton film “An Inconvenient Truth” karya sang penerima Nobel, Al Gore yang mempopulerkan global warming, tak akan berguna (apalagi hanya sebuah makalah singkat seperti ini), bila tidak dilandasi kesadaran dan pemahaman akan pentingnya mengetahui apa itu pemanasan global dan apa saja dampak yang diakibatkannya. Dengan paham, setiap individu akan dapat mngetahui apa yang harus dan tidak boleh mereka lakukan .Dan dengan sadar, setiap orang akan dapat mencegah dirinya tergoda melakukan setiap tindakan yang dapat meningkatkan pemanasan global.
Hal diatas tentu saja dapat dilakukan. Mengenai pengetahuan, bukankah setiap orang sudah memilikinya, paling parah setidaknya kita mengetahui bahwa pemanasan global itu sangat “berbahaya” . Nah, peran para pelajarlah yang harus dapat meningkatkan kesadaran dan pemahaman tersebut. Para pelajar itu ( setidaknya dari SMP sampai yang duduk dibangku kuliah ) tahu benar apa itu global warming. Karena, kalau tidak salah termasuk menjadi bahan pelajaran mereka. Mereka inilah “Sales marketing” yang paling efektif dan tidak “ditakuti” karena tentunya tidak setiap orang dari berbagai kalangan dapat mengahadiri seminar – seminar yang notabene berisi orang –orang pintar itu . Bayangkan jika setiap siswa itu memberi tahu paling sedikit tiga orang anggota keluarga atau kenalan mereka. Efek yang terjadi bukankah bagus. Hitung saja jumlah pelajar di Indonesia. Dengan cara ini tentu “kampanye” yang dilakukan tak perlu mengeluarkan biaya yang besar bukan. Tidak perlu lagi mengundang para ahli dunia untuk seminar (yang seminarnya belum tentu dihadiri semua kalangan),apalagi untuk membuat film bertema pemanasan global yang bisa menelan biaya ratusan hingga milyaran rupiah. Yang diperlukan hanya satu hal saja (sekali lagi cuma satu hal!) yaitu peningkatan pemahaman dan kesadaran diri akan arti penting mencegah semakin parahnya pemanasan global. Siapapun anda, jika anda tahu maka sebarkanlah pengetahuan anda itu ke siapa saja. Jika tidak bisa maka jadikan saja pengetahuan itu untuk mencegah diri anda pribadi untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat memperparah pemanasan global. Lakukanlah berbagai kegiatan untuk mendukung meminimalisir semakin parahnya global warming. Sekecil apapun itu sangat berarti dan akan tetap lebih baik dari ketidakpedulian. Dan usaha – usaha kecil itu akan tetap berarti besar jika dilakukan secara konsisten. Usahakan untuk melakukannya sekarang . Jangan tunggu nanti. Karena itu tak salah bila kita mengikuti prinsip seorang da’i terkenal yaitu 3M yang kepanjangannya“Mulai dari diri sendiri, Mulai dari yang kecil dan Mulai dari sekarang”.

Label:

Rabu, 06 Agustus 2008

Jangan Peralat Anak Yatim

JANGAN PERALAT ANAK YATIM

Menjadi yatim tentu bukan sesuatu yang dikehendaki. Tapi bila iradat telah menetapkan seorang anak harus yatim, siapa yang dapat menolak? Air mata tentu tidak cukup untuk menjawab masalah-masalah yang mereka hadapi setiap hari.

Di samping kanan kiri rumah kita, tidak sedikit terdapat anak-anak yatim. Mereka menjadi bagian dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Jumlah mereka setiap tahun terus bertambah. Mereka terdapat tidak hanya di desa-desa, tapi juga di kota-kota besar, di perkampungan-perkampungan nelayan, di gang-gang di antara jepitan gedung-gedung bertingkat di kota metropolitan. Juga di tempat-tempat yang lain seperti; di jembatan, di jalanan dan di emperan pertokoan. Mereka mengadu nasib sebatas kemampuan yang telah Allah anugerahkan kepadanya.

Anak-anak yatim sangat mengharapkan kasih sayang. Mereka merindukan perlindungan dari mereka yang mampu ataupun berkecukupan.

DISAYANG ALLAH

Karena rindunya dengan penyantunan dan kasih sayang tersebut, Allah sangatlah menyayangi mereka. Tidak kurang dari 23 ayat dalam al-Qur'an membicarakan tentang mereka, hak-hak mereka, dan pahala bagi mereka yang mau mengentas mereka dari kenestapaan. Allah berfirman:

"Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim...." (QS. Al-Baqarah: 83)

Mereka memang selayaknya mendapatkan bantuan dan perlindungan dari yang mampu agar dapat hidup seperti anak-anak yang lain. Usia mereka yang masih kecil, belum memungkinkan mereka mampu menghadapi sendiri seluk-beluk kehidupan ini dengan seimbang. Kebutuhan-kebutuhan mereka belumlah mampu mereka penuhi sendiri. Pemikiran dan nalarnya masih perlu dituntun dan dibantu oleh mereka yang sudah dewasa dan telah mengetahui lebih banyak asam garam kehidupan.

ASSET YANG MAHAL

Anak yatim adalah asset kehidupan dan bakal SDM yang berkualitas. Rasulullah sendiri memilih berdiri di pihak mereka karena kekuatannya ini. Bahkan kelak, kepada mereka yang mengasuh dan menyantuni anak-anak yatim ini, Rasulullah menjanjikan akan bersamanya berdampingan di syurga. Jaraknya amat rapat, sama seperti jarak antara jari telunjuk dan jari tengah yang dipadukan. "Aku dan pengasuh anak yatim (kelak) di syurga seperti dua jari ini." Menurut Bukhari, Rasulullah berkata seperti itu sambil menunjuk jari telunjuk dan jari tengah dan merepatkan keduanya.

Sebenarnya, tanggung jawab terhadap mereka merupakan kewajiban melekat terhadap siapa saja yang memiliki wewenang, dan lebih-lebih kekuasaan. Buktinya, dalam UUD '45 ayat 34 juga telah dicantumkan tentang perlindungan terhadap anak-anak yatim ini. Tetapi tentu saja hingga sekarangpun kita masih menunggu keseriusan dari pihak-pihak yang berkompeten. Sementara, alangkah nistanya bila kita hanya berpangku tangan merasa tidak bertanggung jawab, melihat mereka gelisah menunggu nasib. Bagi kita, bukan soal tertulis di undang-undang atau tidak, tetapi bagaimanakah agama kita menganjurkan kita bersikap dalam menghadapi persoalan. Undang-undang, sebagai buatan manusia, bisa saja berubah, tetapi hukum Allah tidak pernah mengalami perubahan.

Di samping karena dorongan dari anjuran Nabi, kita juga bisa mengambil hikmah lebih besar dari proses mendidik anak yatim. Secara naluri, mereka lebih siap mandiri dibanding anak-anak biasa. Anak-anak yatim tidak memungkinkan berbangga-bangga dengan kekayaan orang tuanya, karena memang tidak ada. Karena itu bila diarahkan secara benar, rasa sandar diri terhadap kemahaagungan Allah akan lebih totalitas. Mereka memang tidak memiliki tempat mengadu yang lain di kala hati sedang dilanda pilu. Allah-lah tempatnya melaporkan segala keluh-kesah hatinya, gundah-gulananya.

Tetapi potensi kemandirian itupun bisa mengarah kepada kerusakan bila tidak mendapatkan bimbingan yang benar. Anak-anak ini cenderung sulit diatur, bila telanjur salah didik. Mereka merasa lepas dari pengawasan, karena kebiasaan. Alangkah sayang bila terjadi yang demikian, karena keburukan salah seorang anggota masyarakat berarti ancaman bagi anggota yang lain. Karenanya, anak-anak yatim merupakan asset yang mahal bila telah berhasil digali dan didayagunakan kemampuannya. Jangan sampai terlambat yang menyebabkan asset itu berubah menjadi parasit dan sumber bencana.

JANGAN MEMPERALAT MEREKA

Sungguh beruntung, karena kini lembaga-lembaga yang mengurus anak yatim semakin banyak bermunculan. Ibarat cendawan yang tumbuh di musim hujan, hampir di setiap daerah sebahagian mereka tertampung di lembaga-lembaga ke-yatim-an, seperti panti asuhan ataupun yayasan-yayasan sejenis lainnya.

Tetapi apakah masalahnya selesai di sini? Belum tentu. Sebab dalam perjalanannya ternyata tidak sedikit anak-anak yatim ini yang harus mengalami nasib malang lanjutan. Mereka dijadikan obyek mencari keuntungan. Yang ini tentu saja khusus terjadi di sebuah lembaga yang memang mengkhususkan diri mengurus anak-anak yatim. Bagi anak-anak malang yang kebetulan tumbuh di keluarga-keluarga biasa, atau pada keluarga familinya, memperalat mereka hampir tidak mungkin. Paling-paling anak-anak itu kemudian menjadi obyek kemarahan, tempat tumpahan kejengkelan, bila terjadi masalah dengan induk semangnya. Hal itupun tetap berpengaruh buruk terhadap perkembangan kejiwaan mereka, hanya saja unsur 'memanfaatkan' mereka tidak ada.

Kasus-kasus 'memperalat' anak yatim kadang terjadi, bila niatan para pengasuhnya telah bergeser. Sekilas ini wajar, mengingat mengasuh anak-anak begitu banyak, juga membutuhkan tenaga dan fikiran ekstra. Apalagi bila anak-anak itu semakin tidak bisa diatur, semakin bandel, dan tidak serajin dan sekreatif yang diinginkan. Lalu para pengasuhnya merasa gagal, dan memilih untuk mendapatkan apa yang bisa didapat saja. Bila hanya sebatas ini, sebenarnya tidak mengapa. Toh orang tua sendiripun, bila melihat anaknya tidak bisa diarahkan, juga akan jengkel. Tetapi yang tidak sehat adalah bila hal ini kemudian diterus-teruskan.

Anak-anak yang tidak ideal dikeluarkan dengan berbagai dalih. Sementara yang diopeni hanya yang nurut-nurut. Padahal, bukankah yang ideal maupun tidak ideal, sama-sama mempunyai andil dalam menopang 'kehidupan' wadah penampungan itu? Bukankah di saat mereka masih kecil, berbagai bantuan datang untuk mereka semua? Salah siapa bila kemudian terjadi perbedaan dan penyimpangan perilaku? Kenapa justru sekarang anak-anak itu 'dilemparkan' setelah banyak bantuan dari anggota masyarakat? Buat siapa nanti bantuan-bantuan itu?

Bila ini yang terjadi, maka berarti ada kegagalan pengurusan, sekaligus lampu kuning dari Allah, bahwa ambang bencana bagi lembaga bersangkutan sudah dekat. Ini musibah, yang semestinya segera dikembalikan kepada niat semula. Adakah musibah kemanusiaan (baca: kesewenangan) yang melebihi orang-orang yang melepaskan tanggung jawabnya terhadap anak-anak yatim? Anak-anak yatim sudah nestapa, apakah harus ditambah lagi dengan derita pula? Bukankah Allah telah berfirman dalam surah adh-Dhuha, "Dan terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang?"

"Sungguh orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu telah memakan api neraka sepenuh perutnya,.." (QS. An-Nisaa':10)

Kesewenang-wenangan terhadap alam dan lingkungan adalah dengan merusak kelangsungan ekosistemnya. Sedangkan kesewenang-wenangan terhadap anak yatim berarti menelantarkan mereka, dengan memperlakukan mereka secara tidak adil. Rasulullah saw bersabda, "Sebaik-baik rumah kaum muslimin ialah rumah yang terdapat di dalamnya anak yatim yang diperlakukannya (diasuh dan dididik) dengan baik, dan seburuk-buruknya rumah kaum muslimin ialah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim tapi anak itu diperlakukan dengan buruk." (HR Ibnu Majah)

Perlakuan terhadap mereka semacam itu sungguh sangat tidak sewajarnya, apalagi bila diingat bahwa kemajuan dan kebesarannya justru berkat doa yang tulus dari anak-anak yatim ini. Sungguh keliru kalau ada pergeseran anggapan, bahwa mengurus anak yatim adalah suatu kerugian karena tidak bisa melakukan aktivitas produktif lainnya.

Halimah as-Sa'diyah adalah contoh 'Ibu Panti' yang pertama. Berkat ketulusannya memelihara Si Yatim Muhammad, Halimah yang semula hidup serba pas-pasan, justru kemudian serba berkecukupan. Rezeki si yatim memang Allah sendiri yang menitipkannya kepada siapa yang memeliharanya dengan penuh ketulusan hati. Adakah perlu bukti lain selain yang telah dicontohkan oleh manusia Agung Rasulullah ini untuk kita?